Kamis, 25 Desember 2008

4N = ATM = Mee Too


Guru marketing Hermawan Kartajaya selalu menekankan agar produk kita laku dan menjadi nomor satu, maka harus selalu menampilkan be different dan be innovation. Terlihat bahwa apa yang disampaikan oleh Pak Hermawan menjadi hal yang mutlak.

Pertanyaan berikutnya yang menggelayuti benak saya adalah, apakah produk yang dibilang mirip tidak bisa menyalip produk yang lebih dahulu ada? haruskah kita 100 persen berbeda dan 100 inovasi baru? Idealnya mungkin iya. Tapi, kalau melihat sejumlah perusahaan yang sukses di dunia ini kadang juga tidak 100 persen berbeda dan 100 hasil inovasi baru. Mungkin kita bukan yang pertama (penemu suatu produk), tapi yang tercepat dalam inovasi.

Kalau mau jujur, Google pun muncul dan kini menjadi perusahaan nomor satu dunia, merupakan bentuk pengembangan dari mesin pencari yang saat itu sudah ada yakni Altavista. Yang pasti, kini Google, mampu menyalip pendahulunya. Kunci sukses Google adalah, mampu melakukan berbagai perbaikan dari sistem pencari terdahulu. Dan mereka juga tidak bosan untuk terus menyempurnakannya. Belum tentu baru, tapi yang pasti jauh lebih bagus.

Hal yang sama juga bisa dilihat di berbagai situs di tanah air, baik itu situs berita, situs e-commerce, atau situs jejaring sosial. Pastinya, situs-situs ini secara teknologi, model desain, dan tetek bengeknya mencontek dari situs-situs di luar negeri yang sudah ada terlebih dahulu. Tinggal dipoles dan dimodifikasi sesuai keperluan dan karakter pembaca di Tanah Air. Jadi, secara teknologi sudah ada, tinggal siapa duluan yang bisa memunculkan. Selanjutnya tinggal diklaim: Pertama di Indonesia.

Model ini sering dikenal dengan ATM alias Amati, Tiru, dan Modifikasi. Kalau soal ukuran sukses dan tidaknya, mungkin perlu dilakukan pengukuran kuantatif dan kualitatif lebih lanjut.

Ada pelajaran yang bisa dipetik dari salah satu buku yang berjudul: Orang Terkaya di Indonesia 2007. Buku terbitan Pustaka Timur, 2007, itu mengupas kisah sukses 10 tycoon di Tanah Air. Sungguh luar biasa! Usaha mereka mungkin ada yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain, tapi mereka bisa survive dan akhirnya bisa menjadi juara. Meski, ada di antara mereka muncul belakangan. Incumbent dalam dunia bisnis belum tentu akan selamanya juara.

Saya ambil contoh pengalaman dari Bos Wings Group Eddy William Katuari. Dari sisi bisnisnya hampir sama dengan bisnis yang dijalankan oleh Unilever (produk toileter). Juga hampir sama dengan bisnis Indofood (mie instans). Tapi dengan gaya 4 N = niteni (melihat), nitili (menganalisa), niroke (menirukan), nambahi (memberi nilai tambah), dia berhasil mengejar sang incumbent. Produk Wings memang saat ini menjadi produk Mee Too (produk yang membayangi). Tapi jangan salah, jika incumbent lengah, dalam satu kelokan akan tersalip.

Itu baru soal model dalam pengembangan bisnis. Yang tak kalah luar biasanya dari para tycoon itu adalah semangatnya yang luar biasa, tidak pernah berhenti berpikir untuk menangkap peluang, tidak mudah menyerah meski kadang harus menelan kegagalan, dan pasti bukan orang yang cengeng, sedikit-sedikit merengek.

Selasa, 23 Desember 2008

Permasalahan Jakarta Tetap Sama


Kita mungkin sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta. Tapi, permasalahan yang muncul di Ibu Kota ini tetaplah sama. Paling tidak poin yang selalu muncul adalah: banjir, angkutan umum, kemacetan, dan kriminalitas.

Tak ayal, karena permasalahan yang sama, maka pertanyaan media pun untuk mengkritisi kepemimpinan duet Fauzi Bowo-Prijanto yang telah setahun memimpin Jakarta (2007-2008) tetap sama. Jawaban dari dua petinggi itu pun juga relatif sama.

Duet Foke-Prijanto, dalam setahun kepemimpinannya seperti terefleksi dalam evaluasi kinerja Pemprov DKI sepanjang 2008 juga belum menunjukkan hal yang luar biasa. Saban hari warga Jakarta tetap harus bermacet ria, angkutan umum tetap mahal, kriminalitas masih tinggi, dan banjir pun selalu mengancam tatkala musim hujan tiba.

Untuk masalah kemacetan, kebijakan Foke-Prijanto yang mengundang kontroversi adalah pengajuan jam sekolah. Anak-anak sekolah dipaksa untuk masuk lebih pagi. Hal itu untuk menghindari jam-jam macet. Efektifkah? Tunggu dulu. Kelihatannya soal pengajuan jam sekolah ini masih perlu dikaji. Jangan-jangan justru hal itu akan menambah beban anak didik yang akhirnya mempengaruhi kejiwaannya. Wuih, serem ya. Pastinya perlu kajian yang mendalam soal dampaknya.

Foke-Prijanto juga tengah mengkaji untuk mengatur jalur-jalur khusus untuk pengendara sepeda motor maupun pembatasan jumlah kendaraan bermotor terutama mobil.

Dalam suatu kesempatan diskusi dengan sejumlah Pemimpin Redaksi, Selasa (23/12/2008), Foke dan Prijanto memaparkan panjang lebar soal kinerjanya sepanjang 2008. Mereka berdua juga mengaku tidak alergi untuk dikritik. Namun, semua hal yang tengah mereka lakukan tidak bisa seketika mengubah Jakarta. Perlu waktu untuk bisa sampai pada tahap perubahan yang baik.

Foke pun mengaku kecewa dengan masih tersendatnya Banjir Kanal Timur untuk mencegah banjir di Ibukota. Pasalnya, dana konsinyasi yang dititipkan ke Pengadilan Negeri sebagai bagian pembebasan lahan juga tidak bisa segera diimplementasikan karena terkait masalah lainnya. Akhirnya, Jakarta belum bebas banjir.

Namun dari semua kekurangan itu, seluruh warga Jakarta mesti fair untuk memberikan kesempatan kepada Foke-Prijanto menyelesaikan segudang PR yang tak kunjung selesai itu. Setelah itu kita tunggu lima tahun ke depan dan kemudian bisa dievaluasi berhasil atau tidak.

Jumat, 19 Desember 2008

Berita = Oksigen


Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh yang dikenal sebagai guru besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, tidak hanya piawai dalam teknologi tapi juga piawai dalam merangkai kata.

Hal itu terbukti saat Profesor Nuh memberikan kata sambutan dalam sebuah acara peluncuran situs berita di Jakarta Rabu 17 Desember lalu. Pak Nuh mengingatkan bahwa berita ataupun informasi itu layaknya oksigen.

Dia memaparkan, oksigen jika dihirup bisa memiliki dua dampak. Oksigen yang bersih dan tidak terkontaminasi, maka akan menyegarkan. Tapi oksigen yang tercemar atau terkontaminasi maka akan menyesakkan.

Demikian halnya dengan media massa yang menyiarkan informasi atau berita. Jika berita atau informasi itu bersih dan tidak terkontaminasi maka dia akan menyegarkan. Demikian sebaliknya.

Tidak berhenti disitu, Pak Nuh mengingatkan kepada media massa untuk mengikuti rambu-rambu yang ada. “Media massa memang harus bebas. Tapi setiap kebebasan itu selalu dibatasi oleh kebebasan yang lain. Maka, jika semuanya mau bebas tanpa memperhatikan kebebasan yang lain, yang ada adalah hukum rimba.”

Dalam pandangan Menkominfo, media akan memberikan kontribusi yang positif ke masyarakat jika setidaknya memberikan 3E, yakni: Education (pendidikan), Empowering (pemberdayaan), dan Enligtening (pencerahan).

Rabu, 26 November 2008

Guru, Digugu Lan Ditiru

SELASA 25 November 2008, para guru merayakan hari guru yang jatuh bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Banyak harapan, pujian, kritik (cacian), dialamatkan kepada para pendidik ini.

Arief Rahman, pakar pendidikan, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta mengaku bahwa tantangan guru saat ini semakin berat. Bahkan, dia menilai, saat ini para guru harus lebih tangguh lagi. Lho kok? Arief Rahman menyatakan di tengah himpitan ekonomi, guru harus tetap menjadi teladan. Di tengah budaya globalisasi, guru harus bisa mengendalikan emosi. Karenanya guru harus melewati ujian psikologi yang ketat.

Guru, kalau dalam pandangan orang Jawa selalu menjadi suri tauladan (digugu dan ditiru = diikuti setiap perkataan dan perilakunya). Tak heran, masyarakat akan memberikan punishment yang luar biasa jika ditemukan perilaku guru yang menyimpang.

Kasus oknum guru cabul, guru yang kriminal, dan lainnya, seakan membuka tabir bahwa guru juga manusia. Mereka tetap saja tergoda untuk berbuat salah. Padahal, tidak sedikit orangtua yang begitu percaya "menitipkan" anak-anaknya ke sekolah dengan harapan mendapatkan pengajaran yang sempurna dari guru dan sekolah.

Tapi, rupanya pemikiran seperti itu harus segera diubah. Sekolah dan guru bukanlah bengkel yang bisa mengubah anak didik menjadi manusia yang sempurna. Berhasil tidaknya pendidikan tidak hanya terletak pada guru dan sekolah, akan tetapi orangtua dan keluarga juga berperan penting.

Tidak cukup disitu. Guru juga manusia. Mereka yang selama ini disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini juga butuh income alias gaji untuk menopang kehidupan keluarga mereka. Maka, sudah sepantasnya mereka ini diberikan gaji yang memadai.

Pemerintah harus turun tangan dan berkomitmen. Jangan sampai nasib guru juga sama dengan nasib ribuan sekolah yang reyot dan hampir ambruk. Jangan sampai kejadian sekolah ambruk di Haiti yang menewaskan ratusan siswanya terjadi di negeri tercinta ini.

Sekali lagi guru tetaplah sosok yang digugu dan ditiru. Mereka adalah orang yang berjasa menghantar anak didiknya mengarungi kehidupan ini. Padamu guru, selamat hari ulang tahun.(Catred Okezone.com, 25-11-2008)

Rabu, 05 November 2008

Obama Menang, Perubahan Datang


MENAKJUBKAN. Itulah kira-kira untuk menggambarkan kiprah Senator Illinois Barack Obama untuk menuju kursi Presiden AS ke-44. Jika kita baca, anak muda bernama Obama pernah sekolah di Indonesia. Semasa kuliah sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Dia pun menolak masuk ke sebuah perusahaan besar dan memilih menjadi pekerja sosial.

Tapi kini, kegigihan Barry, panggilan Obama semasa sekolah di Indonesia menunjukkan hasil. Dia melenggang ke Gedung Putih mengalahkan rivalnya dari Partai Republik John McCain.

Lantas apa menariknya? Banyak. Kemenangan Barry pasti akan menginspirasi jutaan manusia di seluruh dunia. Termasuk para politisi di negeri ini yang saat ini sedang hangat-hangatnya mempersiapkan diri bertarung dalam Pemilu 2009.

Pelajaran pertama dari kemenangan Barry adalah, rakyat AS menghendaki perubahan. Jika ditelaah ke ranah politik nasional, bisa jadi Pemilu 2009 juga akan mengarah ke hal yang sama. Rakyat negeri ini bisa jadi menghendaki pemimpin baru yang mampu menggelorakan perubahan. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik.

Pelajaran kedua, rakyat AS sudah tidak lagi rasis. Meski awalnya sempat berhembus kencang isu rasis, yakni Barry yang bekulit hitam, hingga Barry yang dikabarkan menjadi muslim, tapi hal itu ternyata tidak mempan. Ini pun bisa ditarik menjadi pelajaran bagi peserta pemilu di negeri ini. Isu rasis yang selalu menyertai setiap pemilu sebagai bagian black campaign, selayaknya ditiadakan.

Pelajaran ketiga, saling menghormati pilihan. Meski rakyat AS terbelah, antara yang mendukung Barry dan yang mendukung McCain, mereka ternyata bisa saling menghormati dan tidak ada aksi kekerasan setelah Barry dinyatakan menang.

Pelajaran keempat, legowo menerima kekalahan. Sesaat setelah Barry memperoleh suara terbanyak dalam electoral vote, McCain terlibat pembicaraan dengan Senator Illinois itu. McCain pun di depan pendukungnya mengajak semua pihak mengucapkan selamat buat Barry. Dia pun mengaku siap untuk bekerja sama dengan Barry memecahkan permasalahan yang sedang melanda AS. Di sini, terlihat kedewasaan berpolitik di elit politik.

Mungkin masih banyak lagi pelajaran-pelajaran lain yang bisa dipetik dari pelaksanaan pemilu di Negeri Paman Sam itu. Yang pasti, segudang harapan perubahan sudah menanti di depan Barry.

Rakyat di penjuru dunia ini berharap Barry bisa mengatasi kelesuan ekonomi AS, agar krisis global juga cepat reda. Barry yang antiperang Irak, juga diharapkan bisa mengobarkan semangat perdamaian dunia. Dan tentunya bagi bangsa Indonesia, kemenangan Barry bisa makin mempererat hubungan diplomatik dengan Negeri Paman Sam.

Kini, selamat berkarya Barry. Selamat datang perubahan. (Catatan Redaksi Okezone.com, 5 November 2009)

Selasa, 21 Oktober 2008

Geliat Parpol dan Keruntuhan Bursa

Geliat Parpol dan Keruntuhan Bursa. Adakah hubungan dua hal itu? Ada. Tapi, bursa saham yang amburadul dalam beberapa pekan terakhir ini bukan disebabkan oleh makin panasnya suhu politik nasional menjelang Pemilu 2009.

Tapi ada kaitan, mungkin secara tidak langsung. Jika dicermati, tidak sedikit para penggiat partai, sebut saja Soetrisno Bachir dan Aburizal Bakrie adalah dua nama yang melekat di bursa saham.

Soetrisno Bachir selama ini dikenal memiliki banyak duit karena memperoleh gain yang besar dari kepemilikan sahamnya di Bumi Resources (BUMI). Sementara Aburizal Bakrie dengan bendera Bakrie & Brothers sempat menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia karena gain saham BUMI, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantation, Bakrie Telecom, dan Bakrieland Development.

Akan tetapi, seiring dengan kejatuhan bursa saham domestik yang terhempas krisis ekonomi di Amerika Serikat, kini kekayaan kedua orang itu pun luruh. Bahkan disebut-sebut, kelompok Bakrie menanggung utang yang sangat besar. Sebut saja, beban utang Bakrie Brothers mencapai Rp18,6 triliun, Bumi Resources Rp16 triliun, Energi Mega Persada Rp7 triliun, Bakrie Telecom Rp3 triliun, Bakrieland Development Rp2,5 triliun, dan Bakrie Sumatera Plantation Rp2 triliun.

Lantas apa hubungannya dengan geliat Parpol? Tentu saja ada. Keduanya adalah petinggi partai. Aburizal adalah petinggi Partai Golkar dan Soetrisno Bachir adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN). Dengan makin cekaknya likuiditas dana yang dimilikinya, bisa jadi mereka berdua tidak bisa sebebas sebelumnya untuk menggelontorkan duit buat kampanye.

Soetrisno Bachir yang identik dengan iklan "Hidup adalah perbuatan" sepertinya bakalan mengerem laju iklannya. Bisa jadi, Soetrisno Bachir akan luruh dihempas oleh iklan lawan politik lainnya yang juga kencang dalam beriklan semisal Prabowo Soebianto dengan Partai Gerindra-nya.

Secara terang-terangan salah satu kolega Aburizal Bakrie di Golkar mengakui bahwa dengan turunnya saham kelompok Bakrie, maka pemasukan ke kantong partai untuk biaya kampanye juga susut. Tapi, kata dia, Golkar masih memiliki sumber pendanaan dari kader lainnya.

Satu hal yang bisa menjadi benang merah adalah, meski kekayaan sejumlah "pentolan" partai itu luruh, namun suhu politik menjelang Pemilu 2009 justru makin panas. SBY jelas-jelas telah didukung oleh Partai Demokrat maju menjadi capres. Megawati juga didukung oleh PDIP. Kini, muncul upaya menduetkan kembali SBY dengan Jusuf Kalla.

Sepertinya geliat Pemilu 2009, keruntuhan bursa saham, akan berimbas pula ke kue iklan partai. Bisa jadi, kue iklan partai di berbagai media massa tidak akan sekencang yang diramalkan sebelumnya. Partai-partai pasti akan lebih berhemat dan sangat selektif untuk memilih media bagi kampanyenya. Karena itu, kita lihat episode berikutnya dari babak awal geliat Pemilu 2009 ini. Makin panas, makin jor-joran, atau justru sebaliknya, lebih dekat dengan paket hemat alias pahe. (Catatan Redaksi Okezone, 20 Oktober 2008)

Kamis, 09 Oktober 2008

Empat Kebutuhan Pokok Eksekutif


Tanpa sengaja, aku tiba-tiba menemukan sebuah buku lama. Buku itu berjudul "4 Kebutuhan Pokok Eksekutif Menuju Sukses". Buku itu karya Herbert N Casson, yang diterjemahkan oleh D Handiman dan diterbitkan PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992.

Dalam buku yang hanya setebal 89 halaman itu, setidaknya mampu menambah wawasan bagaimana dan apa yang diperlukan bagi mereka yang sering disebut "pemimpin" atau kalau di sebuah perusahaan dikenal sebagai jajaran "eksekutif."

Meski buku ini terbitan 1992, dan baru aku baca pada Agustus 2008, tapi pada kenyataannya masih relevan dan memberikan pencerahan. Buku itu pada intinya menyebutkan bahwa seorang eksekutif yang menginginkan kesuksesan harus memperhatikan setidaknya 4 hal: pengetahuan (knowledge), keputusan (decision), pertimbangan sehat (judgement), dan kekuatan (strenght).

Knowledge. Menyitir Lord Balfour, bahwa bisnis berarti mencakup seluruh aspek pengetahuan, politik, sosiologi, diplomasi, dan hubungan-hubungan internasional. Dean Lord menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan tujuan utama yang ingin dikejar oleh para pelajar. Pengetahuan itu seperti halnya emas, dapat diperoleh di hampir semua tempat. Yang pasti, tidak semuanya dapat diperoleh dari buku teks atau para pengajar.

Intinya, kapan pun seseorang sedang bekerja akan banyak pengetahuan yang bisa ia dapatkan, dari buku, dari orang lain. Yang jelas, tidak ada orang yang berhasil tanpa melewati proses belajar terlebih dahulu. Ketidakpedulian (enggan belajar) tidak akan menghadilkan apa-apa. Kelemahan yang selalu melekat pada jutaan orang adalah mereka tidak mau belajar.

Decision. Fungsi utama seorang "pemimpin" atau "eksekutif" adalah untuk memutuskan, mencapai suatu kesimpulan setelah melakukan berbagai pertimbangan logis berdasarkan pengetahuan yang luas. Tidak adanya keputusan seringkali disebabkan karena adanya rasa takut.

Bisnis tanpa keputusan ibarat anak yang terkena "rakhitis" (sejenis penyakit tulang), yaitu anak tulangnya lemah dan cacat. Otot-ototnya lemah, vitalitasnya menurun, mudah terserang radang paru-paru, dan infeksi lainnya.

Seorang pengusaha handal adalah orang yang berhati-hati sekaligus pemberani. Dia bukan orang yang melihat sebelum melompat, tetapi tidak pernah melompat. Contohnya adalah Columbus, yang belajar bertahun-tahun untuk menjadi pelaut terbaik, sebelum dia mempersiapkan pelayaran besarnya. Dia selalu mempersiapkan beberapa percobaan yang berani, dan kemudian melaksanakannya.

Orang yang lamban atau terlalu lama berpikir, akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan adanya metode-metode baru, ide-ide baru, ataupun mesin-mesin baru. Seorang eksekutif yang memiliki kebiasaan menunggu dan menunda, perusahaannya ada dalam bahaya, yaitu seperti orang yang terjangkiti penyakit Catalepsy. Orang yang terkena penyakit ini menjadi "mati suri (koma)".

Banyak hambatan dapat diatasi hanya dengan momentum yang tepat. Keberhasilan dimenangkan dengan menyerang, tidak dengan menunggu untuk diserang. Napoleon memenangkan 85 pertempuran, dan hampir semua kemenangannya tersebut dicapai karena terlebih dahulu menyerang. Untuk memperoleh kemenangan diperlukan kecepatan, antusiasme, dan determinasi. Jika seseorang bosan dengan hidupnya, dia akan banyak diam termangu. Makanya kita harus menikmati hidup ini, atau akan membatu menjadi mummi.

Judgement. Seorang "pemimpin" atau "Eksekutif" tidak menggunakan jubah hakim, namun dia harus melakukan hal yang sama pentingnya seperti seorang hakim untuk membuat keputusan. Jika dia kurang memiliki kapasitas untuk melakukan berbagai pertimbangan, dia tidak akan berhasil.

Pertimbangan adalah kemampuan untuk memperkirakan hasil dan memilih penyebab yang dapat menciptakan hasil yang diinginkan. Hal ini memerlukan kemampuan untuk melakukan pengamatan, kemampuan untuuk belajar, dan memiliki sikap pemikiran untuk menggali semua fakta-fakta yang relevan (judicial attitude of minds).

Tak kalah pentingnya adalah: Pertimbangan selalu merupakan proses pembandingan. Selanjutnya, orang yang tidak pernah mempertimbangakan perasaan orang lain, orang yang berlidah "tajam", selalu memandang rendah, memiliki temparemen yang tidak terkontrol, menyendiri, dan pendendam, akan menghambat kita untuk bekerja secara efisien, dan akan berpengaruh terhadap ketajaman pertimbangan-pertimbangan yang dibuat.

Strenght. Menyitir Dean Lord, "Mekipun memiliki pengetahuan yang luas dan akurat, memiliki pertimbangan yang baik, dan mampu mengambil keputusan yang tepat, para eksekutif masih memerlukan kekuatan untuk merealisasikan apa yang sudah diputuskan."

Kekuatan itu dapat dicapai jika kita selalu membiasakan diri bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini. Orang yang memiliki kekuatan adalah orang-orang yang kreatif. Dia dikendalikan oleh pemikiran-pemikirannya sendiri. Dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, bukan karena apa yang orang lain lakukan.

Kekuatan yang kreatif di muka bumi ini adalah keberanian, keramahtamaan, kemauan dan kemampuan untuk belajar (teachibility), dan efisiensi.

Minggu, 28 September 2008

Mudik, Bukan Monopoli Orang Indonesia

SETIAP menjelang perayaan Idul Fitri, semua media dengan gencar memberitakan persiapan arus mudik. Saat itu, jutaan orang melakukan migrasi dari kota tempatnya bekerja kembali ke kampung halamannya. Banyak anasir menyebut mudik adalah ciri khas budaya Indonesia. Benarkah?

Teryata fenomena mudik ini tidak hanya monopoli orang Indonesia. Di sejumlah negara besar, termasuk Amerika Serikat, ternyata banyak warga negaranya yang mudik atau melakukan migrasi entah ke kampung halamannya maupun ke tempat-tempat wisata. Tapi, kalau di Indonesia, mudik selalu identik dengan Lebaran, maka di negara barat identik dengan perayaan Thanksgiving, Natal, dan Tahun Baru.

Berdasarkan catatan Asosiasi Automobil Amerika (American Automobile Association/AAA), pada perayaan hari Thanksgiving, lalu lintas jalan raya di AS selalu dipadati pengguna jalan. Pada 2007, lembaga asosiasi independen untuk advokasi pelancong dan pengendara itu mencatat sekira 38,7 juta warga Amerika melakukan perjalanan sejauh 50 mil atau lebih.

Angka ini naik 1,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kepadatan jalan raya yang dimulai sejak 21 November itu didominasi mobil yang mencapai angka 80 persen. Meskipun terjadi kenaikan harga BBM di AS, tidak menyurutkan para pengendara kendaraan untuk melakukan perjalanan selama hari liburan itu.

Kembali ke dalam negeri, arus mudik Lebaran selalu menyimpan rasa was-was dan juga rasa senang. Was-was, karena infrastruktur dan moda transportasi di negeri ini masih ala kadarnya. Jalan-jalan di sepanjang jalur Pantura Jawa juga tidak kunjung selesai dilakukan perbaikan. Moda transportasi seperti bus, kereta, pesawat, kapal, juga tidak juga lebih baik. Bahkan pengelola terkesan asal-asalan dalam merawat moda transportasinya. Inilah yang sering membuat hati menjadi mencekam, dan menuntut semakin memperbanyak doa. "Semoga tidak terjadi apa-apa (kecelakaan) di sepanjang perjalanan."

Tahun 2008 ini berdasarkan perkiraan Dephub, tidak kurang 15,8 juta orang akan mudik ke kampung halamannya. Angka yang fantastis bukan. Dan pastinya perputaran uang pun akan menggeliat di daerah-daerah. Namun, sekarang ini, PR yang mesti diselesaikan adalah bukan melarang orang untuk mudik, melainkan bagaimana memfasilitasi pemudik. Pemerintah juga perlu andil dalam menyediakan infrastruktur dan moda transportasi yang baik. Semoga mudik tahun depan lebih lancar dan semakin sedikit insiden kecelakaan. Amien.

Selasa, 23 September 2008

Daging Busuk Hingga Susu Bermelamin

DUA pekan silam, saya sempat berceletuk kepada rekan kerja saya yang sebagian memang ibu muda. "Eh, jangan konsumsi susu China karena diduga mengandung melamin." Celetukan saya itu begitu saja terlontar saat membaca salah satu berita dari Negeri Tirai Bambu itu.

Cuma pada saat itu saya juga sempat bertanya ke rekan yang lain, tentang peredaran susu produk China di Indonesia. Terus terang, sebenarnya sangat sulit untuk menemukan susu produk China di negeri ini. Cuma, kehati-hatian pantas didengungkan terutama bagi mereka yang memiliki balita.

Pengumuman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Selasa (23/9/2008), yang menarik 28 produk makanan yang diduga terkontaminasi melamin karena menggunakan susu produk China untuk meracik adonan, cukup melegakan. Meski baru sebatas dugaan dan antisipasi, yang pasti konsumen akan mulai hati-hati dan berpikir untuk tidak mengkonsumsi 28 jenis makanan itu.

Berita susu China yang terkontaminasi melamin ini jelas cukup heboh di tengah persiapan Lebaran. Surat kabar di Negeri Tirai Bambu menyebutkan empat bayi meninggal akibat mengonsumsi susu bermelamin. Bahkan lebih dahsyatnya tak kurang dari 53.000 balita telah menjadi korban susu bermelamin itu.

Di Indonesia, memang belum ada laporan soal itu. Yang pasti sikap Badan POM layak dihargai meski boleh dibilang kurang cepat. Setidaknya, langkah Badan POM menarik 28 produk makanan yang diduga terkontaminasi melamin dapat digunakan untuk melindungi konsumen.

Menjelang Lebaran, produk lain yang tidak kalah berbahayanya adalah makan yang mengandung formalin. Hasil sidak yang dilakukan berbagai instansi menunjukkan bahwa banyak daging maupun ikan segar yang diberi formalin. Sungguh berbahaya! Yang tidak kalah mengerikannya adalah beredarnya daging busuk dan daging sisa hotel.

Melihat fenomena tersebut, sudah selayaknya sejumlah instansi baik itu Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Badan POM, melakukan koordinasi untuk mencegah beredarnya makanan yang tidak layak konsumsi itu. Koordinasi mutlak dilakukan karena selama ini kewenangan penindakan tersebar di instansi-instansi tersebut. Intinya, jangan sampai konsumen menjadi korban.

Yang tidak kalah pentingnya adalah deteksi dini saat produk-produk impor masuk ke dalam negeri. Selama ini banyak sekali produk makanan dan barang yang sebenarnya berbahaya namun lolos dan akhirnya dijual bebas ke konsumen. Karenanya instansi terkait, entah itu Bea Cukai, dan lainnya lebih ketat mengawasi produk impor. (Catatan Redaksi Okezone, 24-9-2008)

Minggu, 21 September 2008

"Siapa Sih Loe?"

SIAPA SIH LOE? Itulah pekikan aktor dalam sebuah iklan rokok yang sering kita lihat di televisi. Pertanyaan "Siapa sih loe?" sudah sering terdengar untuk merujuk ke diriku dan mediaku. Bahkan akhir-akhir ini makin nyaring saat mulai bermunculan media baru yang dikelola oleh orang-orang "hebat".

Bahkan ketika teman kantorku pun berteriak sangat keras, "Siapa Sih Loe?" aku jadi terkaget-kaget dan bingung mau menjawab apa. Sekenanya aku jawab "bukan siapa-siapa." Kami pun kemudian saling pandang dan tertawa bersama. Dia pun lantas bercerita bahwa ada mantan teman kantorku yang bilang "Apa jadinya okezone jika portal X benar-benar diluncurkan, pasti habis. Siapa sih loe?" Sekali lagi saya hanya jawab, "ya tetap okezone, mosok harus ganti nama."

Wuih, lagi-lagi aku teringat dengan iklan rokok "Siapa Sih Loe?" yang akhirnya aku jawab sendiri "Bukan siapa-siapa."

Itulah sekelumit pengalamanku dalam dua-tiga bulan terakhir. Ya, saat-saat transisi di kantorku, karena banyak teman yang harus melanjutkan berkarya di tempat baru. Aku dan teman-teman lainnya, adalah orang-orang yang bertahan di tempat lama. "Kami memang tidak ikut eksodus".

Masa-masa itu adalah masa yang sangat berat. Berat, karena ditinggal teman-teman yang sejak awal bersama. Tapi yang lebih berat lagi, teman yang ikut pindah "sangat banyak." Saat itu, aku dan beberapa teman lain hanya bisa menghela napas. "Sabar! mungkin ini ada hikmahnya," begitu kata yang selalu terucap di mulutku.

Kemudian angan-anganku pun melayang ke masa-masa silam. Aku teringat masa awal aku bekerja di Jakarta. Saat itu juga banyak orang yang bilang "Siapa Sih Loe". Saat itu aku belum berani menjawab. Aku diam. Aku selalu menjawab pertanyaan itu dengan kerja yang baik dan terus memperbaiki diri. Tidak banyak cakap! Saat itu memang aku lebih senang diam dan tidak banyak ngomong. Aku cuma berpikir, labih baik aku bekerja secara baik. Titik.

Sampai sekarang pun aku masih senang dengan gayaku itu. Dan yang lebih senang lagi, tetap ditanya "Siapa Sih Loe?". Bedanya sekarang aku akan buru-buru menjawab, "bukan siapa-siapa." Karena mungkin orang akan senang jika pertanyaannya dijawab, daripada aku hanya diam saja. Takut menyinggung orang.

Lamunanku pudar, saat tiba-tiba layar televisi yang tergantung tepat di hadapanku berbunyi nyaring dan mengeluarkan bunyi yang tidak asing. "Siapa Sih Loe?" wah ... lama-lama layar televisi itu bakalan aku tempelin tulisan: "bukan siapa-siapa" biar aku tidak selalu mengucapkan kata-kata itu.

Rabu, 17 September 2008

Lagi-Lagi EPL Bikin Heboh


LIGA Sepakbola apa yang paling heboh saat ini? Pasti semuanya akan menjawab Liga Inggris. Pemirsa di Indonesia pun akan mengamini bahwa liga sepakbola yang sering disebut sebagal EPL alias English Premier League itulah yang terheboh.

Lah kok bisa? soalnya liga ini memang paling menarik untuk ditonton. Cukup? tentu belum. Gara-gara liga ini, dunia bisnis televisi berbayar di negeri ini memanas. Tayangan ekslusif Liga Inggris di Asto Indonesia bikin gerah televisi berbayar lainnya. Bahkan, pioner televisi berbayar Indovision mengaku gara-gara EPL disiarkan Astro tidak kurang 45.000 pelanggannya lari.

Tidak heran jika kemudian kongsi televisi berbayar seperti Indovision, Telkomvision, dan IndosatM2 pun melaporkan praktik curang Astro. Ujung-ujungnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada praktik monopoli dalam penayangan Liga Inggris di Astro Indonesia.

Berakhirkan kehebohan itu? Belum. Kabar teranyar, salah satu komisioner di KPPU M Iqbal harus dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kedapatan menerima duit Rp500 juta dari Billy Sindoro, petinggi First Media yang merupakan perusahaan di bawah Grup Lippo.

Wow! sebuah skandal suap yang menghebohkan. Ceritanya bermula, saat PT Direct Vision selaku penyelenggara tv berbayar Astro dinyatakan oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) terbukti tidak melakukan monopoli siaran sepakbola Liga Inggris.

Dalam surat dari KPPU bernomor 543/AK/MK/VII/2008 tertanggal 24 Juli 2008 itu juga disebutkan PT Direct Vision terbukti tidak melanggar pasal 19 ayat a dan c mengenai tidak menghalangi pelaku lain untuk masuk ke pasar. Tapi, justru yang dianggap bersalah dalam monopoli itu adalah ESPN Star Sport (ESS) dan All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC (AAMN) . Menariknya lagi, Astro All Asia Network kini tengah berseteru dengan Direct Vision, yang notabene afiliasi dari Grup Lippo.

Dari runtutan cerita itulah, spekulasi pun muncul bahwa Billy memberikan duit Rp500 juta ke M Iqbal karena telah membuat putusan yang menyatakan Direct Vision tidak bersalah dan meminta Astro All Asia Network tetap memberikan layanan kepada pelanggan Direct Vision.

Wuih ... wuih, cerita yang bikin capek bukan. Jelas, karena ini skandal besar dengan melibatkan perusahaan besar pula. Ya ... yaa, mungkin kita harus menarik napas dan sambil mengacungkan jempol ke KPK yang sudah berani mengungkap skandal suap yang melibatkan perusahaan besar sekelas Lippo.

Selasa, 16 September 2008

Sedekah Maut Pasuruan

Dentang imsak di pagi buta Ramadan hari ke 15 tidak lantas membuat lembek hati yang tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup. Tapi tanggal itu serasa sunyi. Yah, tanggal 15 September 2008 adalah hari kematian.

Sehari sebelumnya tersiar kabar di ujung selatan Jakarta, tepatnya di Pamulang, Tangerang, Banten, 6 remaja tanggung meregang nyawa hanya karena petasan. Mereka tawuran setelah bersenang-senang dengan bubuk mesiu itu.

Lantas kenapa tanggal 15 September juga hari kematian? Ya, hari itu seolah mengulangi kejadian-kejadian beberapa tahun sebelumnya. Tapi di hari itu Pasuruan adalah kota yang menjadi buah bibir. Memang, Pasuruan dan Jakarta, tempat saya tinggal saat ini, cukup jauh. Tapi hati ini tersanyat mendengar kabar kematian itu.

Hari itu, 21 orang yang kebanyakan lanjut usia tewas setelah berebut sedekah dari seorang pengusaha kulit H Syaichon. Hari itu ribuan orang sudah menyemut di gang masuk menuju kediaman sang dermawan. Tapi untung tak bisa direngkuh, malang tak bisa ditolak. Para pencari sedekah itu harus berebut dan akhirnya sebagian di antara mereka meninggal.

Sebuah koran menulis headlinenya dengan judul "Sedekah Maut". Koran lain dan media internet ramai-ramai menulis dengan judul "Tragedi Zakat". Sungguh membuat bergidik bulu roma. Kenapa? Karena ternyata negeri ini masih sangat memilukan dengan kondisi berjuta masyarakat masih dalam kategori miskin. Bahkan untuk menyambung hidup, atau setidaknya berjuang untuk merayakan Idul Fitri, mereka rela antre dan berebut sedekah yang sebenarnya bisa saja menjadi awal sebuah adjal.

Semoga saja "Tragedi Zakat" ataupun "Sedekah Maut" tidak terulang di masa depan. Dan semoga warga negara ini bisa makin sejahtera. Dan semoga hati kita tidak lagi tersanyat oleh nestapa semacam di Pasuruan itu. Amien.

Vonis 20 Tahun Bui Buat Jaksa Nakal

URIP Tri Gunawan, jelas sedang beken. Sayang UTG, begitu dia dipanggil, beken bukan karena prestasinya melainkan karena polah tingkahnya yang nakal. Dia kedapatan menerima suap USD66.000 dari Artalyta Suryani.

Artalyta tentu tidak akan memberikan uang sebesar itu jika UTG tidak berjasa padanya. Jaksa Penuntut Umum di PN Tipikor menyebutkan, uang itu merupakan imbalan Artalyta kepada UTG yang telah membantu menutup kasus BLBI di Kejaksaan Agung.

Palu majelis hakim sudah diketuk. Mantan jaksa asal Sragen itu pun dibui 20 tahun dan harus membayar denda Rp500 juta. Karuan saja, UTG dan kuasa hukumnya pikir-pikir dan bersiap untuk banding.

Menyimak putusan majelis hakim Tipikor itu, boleh jadi banyak yang bersorak kegirangan karena koruptor telah diberikan pelajaran setimpal. Ya, jaksa nakal itu harus mendekam di bui sangat lama. Diharapkan dengan hukuman yang berat itu membuat semua pihak yang memiliki kesempatan untuk korupsi akan merinding melakukan perbuatan itu karena ancaman hukumnya sangat berat.

Efek jera, itulah kata kunci yang ingin dituju dari semua proses hukum atas para koruptor di Tipikor. Bahkan KPK pun sudah menyiapkan baju khusus koruptor agar mereka malu menjadi tersangka kasus korupsi. Suatu kemajuan yang luar biasa dalam pemberantasan korupsi.

Sikap tegas KPK yang telah diikuti hakim di PN Tipikor patut diapresiasi. Karena sikap seperti itu harus ditiru institusi penegak hukum lainnya, baik itu kepolisian, kejaksaan, maupun Departemen Hukum dan HAM. Jangan sampai aparat penegak hukum di intansi-instansi itu justru memberikan contoh yang jelek dan mencoreng proses penegakan hukum di negeri ini.

UTG memang baru satu kasus dari sekian kasus lainnya. Kini kasus korupsi juga telah menyeret banyak anggota dan mantan anggota Dewan ke meja hijau. Saatnya hukum ditegakkan. Majelis hakim Tipikor kembali akan diuji dengan berjibunnya kasus itu. Bisa saja nanti tahanan KPK akan dipenuhi dengan tersangka korupsi dari anggota maupun mantan anggota Dewan.

Sekali lagi ancungan jempol pantas diberikan kepada KPK dan Tipikor. Saatnya "memburu koruptor sampai lubang botol". Dengan jalan itu, duit yang biasanya ditilep dapat dipergunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat. Semoga. (Catred okezone, 4 September 2008)