Rabu, 26 November 2008

Guru, Digugu Lan Ditiru

SELASA 25 November 2008, para guru merayakan hari guru yang jatuh bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Banyak harapan, pujian, kritik (cacian), dialamatkan kepada para pendidik ini.

Arief Rahman, pakar pendidikan, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi swasta mengaku bahwa tantangan guru saat ini semakin berat. Bahkan, dia menilai, saat ini para guru harus lebih tangguh lagi. Lho kok? Arief Rahman menyatakan di tengah himpitan ekonomi, guru harus tetap menjadi teladan. Di tengah budaya globalisasi, guru harus bisa mengendalikan emosi. Karenanya guru harus melewati ujian psikologi yang ketat.

Guru, kalau dalam pandangan orang Jawa selalu menjadi suri tauladan (digugu dan ditiru = diikuti setiap perkataan dan perilakunya). Tak heran, masyarakat akan memberikan punishment yang luar biasa jika ditemukan perilaku guru yang menyimpang.

Kasus oknum guru cabul, guru yang kriminal, dan lainnya, seakan membuka tabir bahwa guru juga manusia. Mereka tetap saja tergoda untuk berbuat salah. Padahal, tidak sedikit orangtua yang begitu percaya "menitipkan" anak-anaknya ke sekolah dengan harapan mendapatkan pengajaran yang sempurna dari guru dan sekolah.

Tapi, rupanya pemikiran seperti itu harus segera diubah. Sekolah dan guru bukanlah bengkel yang bisa mengubah anak didik menjadi manusia yang sempurna. Berhasil tidaknya pendidikan tidak hanya terletak pada guru dan sekolah, akan tetapi orangtua dan keluarga juga berperan penting.

Tidak cukup disitu. Guru juga manusia. Mereka yang selama ini disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini juga butuh income alias gaji untuk menopang kehidupan keluarga mereka. Maka, sudah sepantasnya mereka ini diberikan gaji yang memadai.

Pemerintah harus turun tangan dan berkomitmen. Jangan sampai nasib guru juga sama dengan nasib ribuan sekolah yang reyot dan hampir ambruk. Jangan sampai kejadian sekolah ambruk di Haiti yang menewaskan ratusan siswanya terjadi di negeri tercinta ini.

Sekali lagi guru tetaplah sosok yang digugu dan ditiru. Mereka adalah orang yang berjasa menghantar anak didiknya mengarungi kehidupan ini. Padamu guru, selamat hari ulang tahun.(Catred Okezone.com, 25-11-2008)

Rabu, 05 November 2008

Obama Menang, Perubahan Datang


MENAKJUBKAN. Itulah kira-kira untuk menggambarkan kiprah Senator Illinois Barack Obama untuk menuju kursi Presiden AS ke-44. Jika kita baca, anak muda bernama Obama pernah sekolah di Indonesia. Semasa kuliah sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Dia pun menolak masuk ke sebuah perusahaan besar dan memilih menjadi pekerja sosial.

Tapi kini, kegigihan Barry, panggilan Obama semasa sekolah di Indonesia menunjukkan hasil. Dia melenggang ke Gedung Putih mengalahkan rivalnya dari Partai Republik John McCain.

Lantas apa menariknya? Banyak. Kemenangan Barry pasti akan menginspirasi jutaan manusia di seluruh dunia. Termasuk para politisi di negeri ini yang saat ini sedang hangat-hangatnya mempersiapkan diri bertarung dalam Pemilu 2009.

Pelajaran pertama dari kemenangan Barry adalah, rakyat AS menghendaki perubahan. Jika ditelaah ke ranah politik nasional, bisa jadi Pemilu 2009 juga akan mengarah ke hal yang sama. Rakyat negeri ini bisa jadi menghendaki pemimpin baru yang mampu menggelorakan perubahan. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik.

Pelajaran kedua, rakyat AS sudah tidak lagi rasis. Meski awalnya sempat berhembus kencang isu rasis, yakni Barry yang bekulit hitam, hingga Barry yang dikabarkan menjadi muslim, tapi hal itu ternyata tidak mempan. Ini pun bisa ditarik menjadi pelajaran bagi peserta pemilu di negeri ini. Isu rasis yang selalu menyertai setiap pemilu sebagai bagian black campaign, selayaknya ditiadakan.

Pelajaran ketiga, saling menghormati pilihan. Meski rakyat AS terbelah, antara yang mendukung Barry dan yang mendukung McCain, mereka ternyata bisa saling menghormati dan tidak ada aksi kekerasan setelah Barry dinyatakan menang.

Pelajaran keempat, legowo menerima kekalahan. Sesaat setelah Barry memperoleh suara terbanyak dalam electoral vote, McCain terlibat pembicaraan dengan Senator Illinois itu. McCain pun di depan pendukungnya mengajak semua pihak mengucapkan selamat buat Barry. Dia pun mengaku siap untuk bekerja sama dengan Barry memecahkan permasalahan yang sedang melanda AS. Di sini, terlihat kedewasaan berpolitik di elit politik.

Mungkin masih banyak lagi pelajaran-pelajaran lain yang bisa dipetik dari pelaksanaan pemilu di Negeri Paman Sam itu. Yang pasti, segudang harapan perubahan sudah menanti di depan Barry.

Rakyat di penjuru dunia ini berharap Barry bisa mengatasi kelesuan ekonomi AS, agar krisis global juga cepat reda. Barry yang antiperang Irak, juga diharapkan bisa mengobarkan semangat perdamaian dunia. Dan tentunya bagi bangsa Indonesia, kemenangan Barry bisa makin mempererat hubungan diplomatik dengan Negeri Paman Sam.

Kini, selamat berkarya Barry. Selamat datang perubahan. (Catatan Redaksi Okezone.com, 5 November 2009)