Selasa, 16 September 2008

Sedekah Maut Pasuruan

Dentang imsak di pagi buta Ramadan hari ke 15 tidak lantas membuat lembek hati yang tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup. Tapi tanggal itu serasa sunyi. Yah, tanggal 15 September 2008 adalah hari kematian.

Sehari sebelumnya tersiar kabar di ujung selatan Jakarta, tepatnya di Pamulang, Tangerang, Banten, 6 remaja tanggung meregang nyawa hanya karena petasan. Mereka tawuran setelah bersenang-senang dengan bubuk mesiu itu.

Lantas kenapa tanggal 15 September juga hari kematian? Ya, hari itu seolah mengulangi kejadian-kejadian beberapa tahun sebelumnya. Tapi di hari itu Pasuruan adalah kota yang menjadi buah bibir. Memang, Pasuruan dan Jakarta, tempat saya tinggal saat ini, cukup jauh. Tapi hati ini tersanyat mendengar kabar kematian itu.

Hari itu, 21 orang yang kebanyakan lanjut usia tewas setelah berebut sedekah dari seorang pengusaha kulit H Syaichon. Hari itu ribuan orang sudah menyemut di gang masuk menuju kediaman sang dermawan. Tapi untung tak bisa direngkuh, malang tak bisa ditolak. Para pencari sedekah itu harus berebut dan akhirnya sebagian di antara mereka meninggal.

Sebuah koran menulis headlinenya dengan judul "Sedekah Maut". Koran lain dan media internet ramai-ramai menulis dengan judul "Tragedi Zakat". Sungguh membuat bergidik bulu roma. Kenapa? Karena ternyata negeri ini masih sangat memilukan dengan kondisi berjuta masyarakat masih dalam kategori miskin. Bahkan untuk menyambung hidup, atau setidaknya berjuang untuk merayakan Idul Fitri, mereka rela antre dan berebut sedekah yang sebenarnya bisa saja menjadi awal sebuah adjal.

Semoga saja "Tragedi Zakat" ataupun "Sedekah Maut" tidak terulang di masa depan. Dan semoga warga negara ini bisa makin sejahtera. Dan semoga hati kita tidak lagi tersanyat oleh nestapa semacam di Pasuruan itu. Amien.

Tidak ada komentar: