Minggu, 28 September 2008

Mudik, Bukan Monopoli Orang Indonesia

SETIAP menjelang perayaan Idul Fitri, semua media dengan gencar memberitakan persiapan arus mudik. Saat itu, jutaan orang melakukan migrasi dari kota tempatnya bekerja kembali ke kampung halamannya. Banyak anasir menyebut mudik adalah ciri khas budaya Indonesia. Benarkah?

Teryata fenomena mudik ini tidak hanya monopoli orang Indonesia. Di sejumlah negara besar, termasuk Amerika Serikat, ternyata banyak warga negaranya yang mudik atau melakukan migrasi entah ke kampung halamannya maupun ke tempat-tempat wisata. Tapi, kalau di Indonesia, mudik selalu identik dengan Lebaran, maka di negara barat identik dengan perayaan Thanksgiving, Natal, dan Tahun Baru.

Berdasarkan catatan Asosiasi Automobil Amerika (American Automobile Association/AAA), pada perayaan hari Thanksgiving, lalu lintas jalan raya di AS selalu dipadati pengguna jalan. Pada 2007, lembaga asosiasi independen untuk advokasi pelancong dan pengendara itu mencatat sekira 38,7 juta warga Amerika melakukan perjalanan sejauh 50 mil atau lebih.

Angka ini naik 1,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kepadatan jalan raya yang dimulai sejak 21 November itu didominasi mobil yang mencapai angka 80 persen. Meskipun terjadi kenaikan harga BBM di AS, tidak menyurutkan para pengendara kendaraan untuk melakukan perjalanan selama hari liburan itu.

Kembali ke dalam negeri, arus mudik Lebaran selalu menyimpan rasa was-was dan juga rasa senang. Was-was, karena infrastruktur dan moda transportasi di negeri ini masih ala kadarnya. Jalan-jalan di sepanjang jalur Pantura Jawa juga tidak kunjung selesai dilakukan perbaikan. Moda transportasi seperti bus, kereta, pesawat, kapal, juga tidak juga lebih baik. Bahkan pengelola terkesan asal-asalan dalam merawat moda transportasinya. Inilah yang sering membuat hati menjadi mencekam, dan menuntut semakin memperbanyak doa. "Semoga tidak terjadi apa-apa (kecelakaan) di sepanjang perjalanan."

Tahun 2008 ini berdasarkan perkiraan Dephub, tidak kurang 15,8 juta orang akan mudik ke kampung halamannya. Angka yang fantastis bukan. Dan pastinya perputaran uang pun akan menggeliat di daerah-daerah. Namun, sekarang ini, PR yang mesti diselesaikan adalah bukan melarang orang untuk mudik, melainkan bagaimana memfasilitasi pemudik. Pemerintah juga perlu andil dalam menyediakan infrastruktur dan moda transportasi yang baik. Semoga mudik tahun depan lebih lancar dan semakin sedikit insiden kecelakaan. Amien.

Selasa, 23 September 2008

Daging Busuk Hingga Susu Bermelamin

DUA pekan silam, saya sempat berceletuk kepada rekan kerja saya yang sebagian memang ibu muda. "Eh, jangan konsumsi susu China karena diduga mengandung melamin." Celetukan saya itu begitu saja terlontar saat membaca salah satu berita dari Negeri Tirai Bambu itu.

Cuma pada saat itu saya juga sempat bertanya ke rekan yang lain, tentang peredaran susu produk China di Indonesia. Terus terang, sebenarnya sangat sulit untuk menemukan susu produk China di negeri ini. Cuma, kehati-hatian pantas didengungkan terutama bagi mereka yang memiliki balita.

Pengumuman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Selasa (23/9/2008), yang menarik 28 produk makanan yang diduga terkontaminasi melamin karena menggunakan susu produk China untuk meracik adonan, cukup melegakan. Meski baru sebatas dugaan dan antisipasi, yang pasti konsumen akan mulai hati-hati dan berpikir untuk tidak mengkonsumsi 28 jenis makanan itu.

Berita susu China yang terkontaminasi melamin ini jelas cukup heboh di tengah persiapan Lebaran. Surat kabar di Negeri Tirai Bambu menyebutkan empat bayi meninggal akibat mengonsumsi susu bermelamin. Bahkan lebih dahsyatnya tak kurang dari 53.000 balita telah menjadi korban susu bermelamin itu.

Di Indonesia, memang belum ada laporan soal itu. Yang pasti sikap Badan POM layak dihargai meski boleh dibilang kurang cepat. Setidaknya, langkah Badan POM menarik 28 produk makanan yang diduga terkontaminasi melamin dapat digunakan untuk melindungi konsumen.

Menjelang Lebaran, produk lain yang tidak kalah berbahayanya adalah makan yang mengandung formalin. Hasil sidak yang dilakukan berbagai instansi menunjukkan bahwa banyak daging maupun ikan segar yang diberi formalin. Sungguh berbahaya! Yang tidak kalah mengerikannya adalah beredarnya daging busuk dan daging sisa hotel.

Melihat fenomena tersebut, sudah selayaknya sejumlah instansi baik itu Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Badan POM, melakukan koordinasi untuk mencegah beredarnya makanan yang tidak layak konsumsi itu. Koordinasi mutlak dilakukan karena selama ini kewenangan penindakan tersebar di instansi-instansi tersebut. Intinya, jangan sampai konsumen menjadi korban.

Yang tidak kalah pentingnya adalah deteksi dini saat produk-produk impor masuk ke dalam negeri. Selama ini banyak sekali produk makanan dan barang yang sebenarnya berbahaya namun lolos dan akhirnya dijual bebas ke konsumen. Karenanya instansi terkait, entah itu Bea Cukai, dan lainnya lebih ketat mengawasi produk impor. (Catatan Redaksi Okezone, 24-9-2008)

Minggu, 21 September 2008

"Siapa Sih Loe?"

SIAPA SIH LOE? Itulah pekikan aktor dalam sebuah iklan rokok yang sering kita lihat di televisi. Pertanyaan "Siapa sih loe?" sudah sering terdengar untuk merujuk ke diriku dan mediaku. Bahkan akhir-akhir ini makin nyaring saat mulai bermunculan media baru yang dikelola oleh orang-orang "hebat".

Bahkan ketika teman kantorku pun berteriak sangat keras, "Siapa Sih Loe?" aku jadi terkaget-kaget dan bingung mau menjawab apa. Sekenanya aku jawab "bukan siapa-siapa." Kami pun kemudian saling pandang dan tertawa bersama. Dia pun lantas bercerita bahwa ada mantan teman kantorku yang bilang "Apa jadinya okezone jika portal X benar-benar diluncurkan, pasti habis. Siapa sih loe?" Sekali lagi saya hanya jawab, "ya tetap okezone, mosok harus ganti nama."

Wuih, lagi-lagi aku teringat dengan iklan rokok "Siapa Sih Loe?" yang akhirnya aku jawab sendiri "Bukan siapa-siapa."

Itulah sekelumit pengalamanku dalam dua-tiga bulan terakhir. Ya, saat-saat transisi di kantorku, karena banyak teman yang harus melanjutkan berkarya di tempat baru. Aku dan teman-teman lainnya, adalah orang-orang yang bertahan di tempat lama. "Kami memang tidak ikut eksodus".

Masa-masa itu adalah masa yang sangat berat. Berat, karena ditinggal teman-teman yang sejak awal bersama. Tapi yang lebih berat lagi, teman yang ikut pindah "sangat banyak." Saat itu, aku dan beberapa teman lain hanya bisa menghela napas. "Sabar! mungkin ini ada hikmahnya," begitu kata yang selalu terucap di mulutku.

Kemudian angan-anganku pun melayang ke masa-masa silam. Aku teringat masa awal aku bekerja di Jakarta. Saat itu juga banyak orang yang bilang "Siapa Sih Loe". Saat itu aku belum berani menjawab. Aku diam. Aku selalu menjawab pertanyaan itu dengan kerja yang baik dan terus memperbaiki diri. Tidak banyak cakap! Saat itu memang aku lebih senang diam dan tidak banyak ngomong. Aku cuma berpikir, labih baik aku bekerja secara baik. Titik.

Sampai sekarang pun aku masih senang dengan gayaku itu. Dan yang lebih senang lagi, tetap ditanya "Siapa Sih Loe?". Bedanya sekarang aku akan buru-buru menjawab, "bukan siapa-siapa." Karena mungkin orang akan senang jika pertanyaannya dijawab, daripada aku hanya diam saja. Takut menyinggung orang.

Lamunanku pudar, saat tiba-tiba layar televisi yang tergantung tepat di hadapanku berbunyi nyaring dan mengeluarkan bunyi yang tidak asing. "Siapa Sih Loe?" wah ... lama-lama layar televisi itu bakalan aku tempelin tulisan: "bukan siapa-siapa" biar aku tidak selalu mengucapkan kata-kata itu.

Rabu, 17 September 2008

Lagi-Lagi EPL Bikin Heboh


LIGA Sepakbola apa yang paling heboh saat ini? Pasti semuanya akan menjawab Liga Inggris. Pemirsa di Indonesia pun akan mengamini bahwa liga sepakbola yang sering disebut sebagal EPL alias English Premier League itulah yang terheboh.

Lah kok bisa? soalnya liga ini memang paling menarik untuk ditonton. Cukup? tentu belum. Gara-gara liga ini, dunia bisnis televisi berbayar di negeri ini memanas. Tayangan ekslusif Liga Inggris di Asto Indonesia bikin gerah televisi berbayar lainnya. Bahkan, pioner televisi berbayar Indovision mengaku gara-gara EPL disiarkan Astro tidak kurang 45.000 pelanggannya lari.

Tidak heran jika kemudian kongsi televisi berbayar seperti Indovision, Telkomvision, dan IndosatM2 pun melaporkan praktik curang Astro. Ujung-ujungnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada praktik monopoli dalam penayangan Liga Inggris di Astro Indonesia.

Berakhirkan kehebohan itu? Belum. Kabar teranyar, salah satu komisioner di KPPU M Iqbal harus dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kedapatan menerima duit Rp500 juta dari Billy Sindoro, petinggi First Media yang merupakan perusahaan di bawah Grup Lippo.

Wow! sebuah skandal suap yang menghebohkan. Ceritanya bermula, saat PT Direct Vision selaku penyelenggara tv berbayar Astro dinyatakan oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) terbukti tidak melakukan monopoli siaran sepakbola Liga Inggris.

Dalam surat dari KPPU bernomor 543/AK/MK/VII/2008 tertanggal 24 Juli 2008 itu juga disebutkan PT Direct Vision terbukti tidak melanggar pasal 19 ayat a dan c mengenai tidak menghalangi pelaku lain untuk masuk ke pasar. Tapi, justru yang dianggap bersalah dalam monopoli itu adalah ESPN Star Sport (ESS) dan All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC (AAMN) . Menariknya lagi, Astro All Asia Network kini tengah berseteru dengan Direct Vision, yang notabene afiliasi dari Grup Lippo.

Dari runtutan cerita itulah, spekulasi pun muncul bahwa Billy memberikan duit Rp500 juta ke M Iqbal karena telah membuat putusan yang menyatakan Direct Vision tidak bersalah dan meminta Astro All Asia Network tetap memberikan layanan kepada pelanggan Direct Vision.

Wuih ... wuih, cerita yang bikin capek bukan. Jelas, karena ini skandal besar dengan melibatkan perusahaan besar pula. Ya ... yaa, mungkin kita harus menarik napas dan sambil mengacungkan jempol ke KPK yang sudah berani mengungkap skandal suap yang melibatkan perusahaan besar sekelas Lippo.

Selasa, 16 September 2008

Sedekah Maut Pasuruan

Dentang imsak di pagi buta Ramadan hari ke 15 tidak lantas membuat lembek hati yang tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup. Tapi tanggal itu serasa sunyi. Yah, tanggal 15 September 2008 adalah hari kematian.

Sehari sebelumnya tersiar kabar di ujung selatan Jakarta, tepatnya di Pamulang, Tangerang, Banten, 6 remaja tanggung meregang nyawa hanya karena petasan. Mereka tawuran setelah bersenang-senang dengan bubuk mesiu itu.

Lantas kenapa tanggal 15 September juga hari kematian? Ya, hari itu seolah mengulangi kejadian-kejadian beberapa tahun sebelumnya. Tapi di hari itu Pasuruan adalah kota yang menjadi buah bibir. Memang, Pasuruan dan Jakarta, tempat saya tinggal saat ini, cukup jauh. Tapi hati ini tersanyat mendengar kabar kematian itu.

Hari itu, 21 orang yang kebanyakan lanjut usia tewas setelah berebut sedekah dari seorang pengusaha kulit H Syaichon. Hari itu ribuan orang sudah menyemut di gang masuk menuju kediaman sang dermawan. Tapi untung tak bisa direngkuh, malang tak bisa ditolak. Para pencari sedekah itu harus berebut dan akhirnya sebagian di antara mereka meninggal.

Sebuah koran menulis headlinenya dengan judul "Sedekah Maut". Koran lain dan media internet ramai-ramai menulis dengan judul "Tragedi Zakat". Sungguh membuat bergidik bulu roma. Kenapa? Karena ternyata negeri ini masih sangat memilukan dengan kondisi berjuta masyarakat masih dalam kategori miskin. Bahkan untuk menyambung hidup, atau setidaknya berjuang untuk merayakan Idul Fitri, mereka rela antre dan berebut sedekah yang sebenarnya bisa saja menjadi awal sebuah adjal.

Semoga saja "Tragedi Zakat" ataupun "Sedekah Maut" tidak terulang di masa depan. Dan semoga warga negara ini bisa makin sejahtera. Dan semoga hati kita tidak lagi tersanyat oleh nestapa semacam di Pasuruan itu. Amien.

Vonis 20 Tahun Bui Buat Jaksa Nakal

URIP Tri Gunawan, jelas sedang beken. Sayang UTG, begitu dia dipanggil, beken bukan karena prestasinya melainkan karena polah tingkahnya yang nakal. Dia kedapatan menerima suap USD66.000 dari Artalyta Suryani.

Artalyta tentu tidak akan memberikan uang sebesar itu jika UTG tidak berjasa padanya. Jaksa Penuntut Umum di PN Tipikor menyebutkan, uang itu merupakan imbalan Artalyta kepada UTG yang telah membantu menutup kasus BLBI di Kejaksaan Agung.

Palu majelis hakim sudah diketuk. Mantan jaksa asal Sragen itu pun dibui 20 tahun dan harus membayar denda Rp500 juta. Karuan saja, UTG dan kuasa hukumnya pikir-pikir dan bersiap untuk banding.

Menyimak putusan majelis hakim Tipikor itu, boleh jadi banyak yang bersorak kegirangan karena koruptor telah diberikan pelajaran setimpal. Ya, jaksa nakal itu harus mendekam di bui sangat lama. Diharapkan dengan hukuman yang berat itu membuat semua pihak yang memiliki kesempatan untuk korupsi akan merinding melakukan perbuatan itu karena ancaman hukumnya sangat berat.

Efek jera, itulah kata kunci yang ingin dituju dari semua proses hukum atas para koruptor di Tipikor. Bahkan KPK pun sudah menyiapkan baju khusus koruptor agar mereka malu menjadi tersangka kasus korupsi. Suatu kemajuan yang luar biasa dalam pemberantasan korupsi.

Sikap tegas KPK yang telah diikuti hakim di PN Tipikor patut diapresiasi. Karena sikap seperti itu harus ditiru institusi penegak hukum lainnya, baik itu kepolisian, kejaksaan, maupun Departemen Hukum dan HAM. Jangan sampai aparat penegak hukum di intansi-instansi itu justru memberikan contoh yang jelek dan mencoreng proses penegakan hukum di negeri ini.

UTG memang baru satu kasus dari sekian kasus lainnya. Kini kasus korupsi juga telah menyeret banyak anggota dan mantan anggota Dewan ke meja hijau. Saatnya hukum ditegakkan. Majelis hakim Tipikor kembali akan diuji dengan berjibunnya kasus itu. Bisa saja nanti tahanan KPK akan dipenuhi dengan tersangka korupsi dari anggota maupun mantan anggota Dewan.

Sekali lagi ancungan jempol pantas diberikan kepada KPK dan Tipikor. Saatnya "memburu koruptor sampai lubang botol". Dengan jalan itu, duit yang biasanya ditilep dapat dipergunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat. Semoga. (Catred okezone, 4 September 2008)