Selasa, 21 Oktober 2008

Geliat Parpol dan Keruntuhan Bursa

Geliat Parpol dan Keruntuhan Bursa. Adakah hubungan dua hal itu? Ada. Tapi, bursa saham yang amburadul dalam beberapa pekan terakhir ini bukan disebabkan oleh makin panasnya suhu politik nasional menjelang Pemilu 2009.

Tapi ada kaitan, mungkin secara tidak langsung. Jika dicermati, tidak sedikit para penggiat partai, sebut saja Soetrisno Bachir dan Aburizal Bakrie adalah dua nama yang melekat di bursa saham.

Soetrisno Bachir selama ini dikenal memiliki banyak duit karena memperoleh gain yang besar dari kepemilikan sahamnya di Bumi Resources (BUMI). Sementara Aburizal Bakrie dengan bendera Bakrie & Brothers sempat menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia karena gain saham BUMI, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantation, Bakrie Telecom, dan Bakrieland Development.

Akan tetapi, seiring dengan kejatuhan bursa saham domestik yang terhempas krisis ekonomi di Amerika Serikat, kini kekayaan kedua orang itu pun luruh. Bahkan disebut-sebut, kelompok Bakrie menanggung utang yang sangat besar. Sebut saja, beban utang Bakrie Brothers mencapai Rp18,6 triliun, Bumi Resources Rp16 triliun, Energi Mega Persada Rp7 triliun, Bakrie Telecom Rp3 triliun, Bakrieland Development Rp2,5 triliun, dan Bakrie Sumatera Plantation Rp2 triliun.

Lantas apa hubungannya dengan geliat Parpol? Tentu saja ada. Keduanya adalah petinggi partai. Aburizal adalah petinggi Partai Golkar dan Soetrisno Bachir adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN). Dengan makin cekaknya likuiditas dana yang dimilikinya, bisa jadi mereka berdua tidak bisa sebebas sebelumnya untuk menggelontorkan duit buat kampanye.

Soetrisno Bachir yang identik dengan iklan "Hidup adalah perbuatan" sepertinya bakalan mengerem laju iklannya. Bisa jadi, Soetrisno Bachir akan luruh dihempas oleh iklan lawan politik lainnya yang juga kencang dalam beriklan semisal Prabowo Soebianto dengan Partai Gerindra-nya.

Secara terang-terangan salah satu kolega Aburizal Bakrie di Golkar mengakui bahwa dengan turunnya saham kelompok Bakrie, maka pemasukan ke kantong partai untuk biaya kampanye juga susut. Tapi, kata dia, Golkar masih memiliki sumber pendanaan dari kader lainnya.

Satu hal yang bisa menjadi benang merah adalah, meski kekayaan sejumlah "pentolan" partai itu luruh, namun suhu politik menjelang Pemilu 2009 justru makin panas. SBY jelas-jelas telah didukung oleh Partai Demokrat maju menjadi capres. Megawati juga didukung oleh PDIP. Kini, muncul upaya menduetkan kembali SBY dengan Jusuf Kalla.

Sepertinya geliat Pemilu 2009, keruntuhan bursa saham, akan berimbas pula ke kue iklan partai. Bisa jadi, kue iklan partai di berbagai media massa tidak akan sekencang yang diramalkan sebelumnya. Partai-partai pasti akan lebih berhemat dan sangat selektif untuk memilih media bagi kampanyenya. Karena itu, kita lihat episode berikutnya dari babak awal geliat Pemilu 2009 ini. Makin panas, makin jor-joran, atau justru sebaliknya, lebih dekat dengan paket hemat alias pahe. (Catatan Redaksi Okezone, 20 Oktober 2008)

Kamis, 09 Oktober 2008

Empat Kebutuhan Pokok Eksekutif


Tanpa sengaja, aku tiba-tiba menemukan sebuah buku lama. Buku itu berjudul "4 Kebutuhan Pokok Eksekutif Menuju Sukses". Buku itu karya Herbert N Casson, yang diterjemahkan oleh D Handiman dan diterbitkan PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992.

Dalam buku yang hanya setebal 89 halaman itu, setidaknya mampu menambah wawasan bagaimana dan apa yang diperlukan bagi mereka yang sering disebut "pemimpin" atau kalau di sebuah perusahaan dikenal sebagai jajaran "eksekutif."

Meski buku ini terbitan 1992, dan baru aku baca pada Agustus 2008, tapi pada kenyataannya masih relevan dan memberikan pencerahan. Buku itu pada intinya menyebutkan bahwa seorang eksekutif yang menginginkan kesuksesan harus memperhatikan setidaknya 4 hal: pengetahuan (knowledge), keputusan (decision), pertimbangan sehat (judgement), dan kekuatan (strenght).

Knowledge. Menyitir Lord Balfour, bahwa bisnis berarti mencakup seluruh aspek pengetahuan, politik, sosiologi, diplomasi, dan hubungan-hubungan internasional. Dean Lord menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan tujuan utama yang ingin dikejar oleh para pelajar. Pengetahuan itu seperti halnya emas, dapat diperoleh di hampir semua tempat. Yang pasti, tidak semuanya dapat diperoleh dari buku teks atau para pengajar.

Intinya, kapan pun seseorang sedang bekerja akan banyak pengetahuan yang bisa ia dapatkan, dari buku, dari orang lain. Yang jelas, tidak ada orang yang berhasil tanpa melewati proses belajar terlebih dahulu. Ketidakpedulian (enggan belajar) tidak akan menghadilkan apa-apa. Kelemahan yang selalu melekat pada jutaan orang adalah mereka tidak mau belajar.

Decision. Fungsi utama seorang "pemimpin" atau "eksekutif" adalah untuk memutuskan, mencapai suatu kesimpulan setelah melakukan berbagai pertimbangan logis berdasarkan pengetahuan yang luas. Tidak adanya keputusan seringkali disebabkan karena adanya rasa takut.

Bisnis tanpa keputusan ibarat anak yang terkena "rakhitis" (sejenis penyakit tulang), yaitu anak tulangnya lemah dan cacat. Otot-ototnya lemah, vitalitasnya menurun, mudah terserang radang paru-paru, dan infeksi lainnya.

Seorang pengusaha handal adalah orang yang berhati-hati sekaligus pemberani. Dia bukan orang yang melihat sebelum melompat, tetapi tidak pernah melompat. Contohnya adalah Columbus, yang belajar bertahun-tahun untuk menjadi pelaut terbaik, sebelum dia mempersiapkan pelayaran besarnya. Dia selalu mempersiapkan beberapa percobaan yang berani, dan kemudian melaksanakannya.

Orang yang lamban atau terlalu lama berpikir, akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan adanya metode-metode baru, ide-ide baru, ataupun mesin-mesin baru. Seorang eksekutif yang memiliki kebiasaan menunggu dan menunda, perusahaannya ada dalam bahaya, yaitu seperti orang yang terjangkiti penyakit Catalepsy. Orang yang terkena penyakit ini menjadi "mati suri (koma)".

Banyak hambatan dapat diatasi hanya dengan momentum yang tepat. Keberhasilan dimenangkan dengan menyerang, tidak dengan menunggu untuk diserang. Napoleon memenangkan 85 pertempuran, dan hampir semua kemenangannya tersebut dicapai karena terlebih dahulu menyerang. Untuk memperoleh kemenangan diperlukan kecepatan, antusiasme, dan determinasi. Jika seseorang bosan dengan hidupnya, dia akan banyak diam termangu. Makanya kita harus menikmati hidup ini, atau akan membatu menjadi mummi.

Judgement. Seorang "pemimpin" atau "Eksekutif" tidak menggunakan jubah hakim, namun dia harus melakukan hal yang sama pentingnya seperti seorang hakim untuk membuat keputusan. Jika dia kurang memiliki kapasitas untuk melakukan berbagai pertimbangan, dia tidak akan berhasil.

Pertimbangan adalah kemampuan untuk memperkirakan hasil dan memilih penyebab yang dapat menciptakan hasil yang diinginkan. Hal ini memerlukan kemampuan untuk melakukan pengamatan, kemampuan untuuk belajar, dan memiliki sikap pemikiran untuk menggali semua fakta-fakta yang relevan (judicial attitude of minds).

Tak kalah pentingnya adalah: Pertimbangan selalu merupakan proses pembandingan. Selanjutnya, orang yang tidak pernah mempertimbangakan perasaan orang lain, orang yang berlidah "tajam", selalu memandang rendah, memiliki temparemen yang tidak terkontrol, menyendiri, dan pendendam, akan menghambat kita untuk bekerja secara efisien, dan akan berpengaruh terhadap ketajaman pertimbangan-pertimbangan yang dibuat.

Strenght. Menyitir Dean Lord, "Mekipun memiliki pengetahuan yang luas dan akurat, memiliki pertimbangan yang baik, dan mampu mengambil keputusan yang tepat, para eksekutif masih memerlukan kekuatan untuk merealisasikan apa yang sudah diputuskan."

Kekuatan itu dapat dicapai jika kita selalu membiasakan diri bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini. Orang yang memiliki kekuatan adalah orang-orang yang kreatif. Dia dikendalikan oleh pemikiran-pemikirannya sendiri. Dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, bukan karena apa yang orang lain lakukan.

Kekuatan yang kreatif di muka bumi ini adalah keberanian, keramahtamaan, kemauan dan kemampuan untuk belajar (teachibility), dan efisiensi.